Eiffel Night (Oneshoot)
Bad edit, huh? ya i used Photoscape to made this suck fanfiction cover. ew lmao
Only Indonesian could understand about this story (:
Hey hai thanks buat yang mau baca. Gue harap, kalian ikhlas baca cerita ini._. Warining aja, mungkin ini cerita kurang panjang, kebanyakan skip, etc. WKkwkw I'm not a professional author, ini cuma hobby nulis cerita horror aja ;_;v okay so here we go!
Genre:
Horror (mungkin.....)
Casts:
Greyson Chance as himself, Charlie Rowe as himself, Chloe Moretz as herself,
Vera Varmiga as Greyson's stepmother, ScottChance as Charlie's stepfather
May 21 2013
Desiran angin
berhembus cukup kencang di malam musim dingin ini. Aku berjalan menyusuri jalanan aspal yang dipenuhi butiran-butiran
salju putih dengan pandangan yang kosong. Hening. Sunyi. Yang kubisa dengar
saat ini hanya suara hembusan angin yang melewati tengkukku . bahkan mantel
tebalku saja tak dapat melindungi tubuhku dari angin yang sangat dingin ini.
Ugh.. Aku hanya ingin cepat tiba di rumah baruku. Kupercepat langkahku setelah
kulihat ada sekilas cahaya yang menyala terang dari belakangku. Cahaya itu
semakin mendekat sehingga aku menoleh sedikit
ke belakang dengan mata yang kukerutkan. Kulihat mobil sedan berwarna
hitam legam menghampiriku dan aku bisa menebak kalau itu pasti Dad-ku.
Kuhentikan langkahku sejenak dan benar saja itu adalah Dad-ku saat mobil itu
berhenti di depanku dan membuka kacanya.
“Aku tahu kau
pasti kedinginan. Cepat masuk” ucap Dad dan menutup kaca mobilnya
“Kenapa tak
daritadi saja, hh hhhh” jawabku dengan napas yang tak beraturan. Aku yakin
kalau darahku ini membeku.
*******************
“Hmm, kau
memang tak salah pilih, Scott. Aku sangat betah tinggal di rumah yang mewah
ini. apalagi dekat dengan menara Eiffel. Aku bisa memandang pemandangan indah
dari atas balkon.” Kata kakak tiriku seraya menggonta-ganti channel tv
“Bisakah kau
memanggil ayahku dengan sebutan ‘Dad’, huh? Kau sungguh tak sopan sekali,
Charlie” sergahku dan menatap kakak tiriku –Charlie- tajam. Kulipat kedua
lenganku untuk menghangatkan tubuh.
“Scott dan
momku baru satu minggu menikah jadi wajar sajalah. Dan kau sendiri, bisakah kau
tidak memanggilku ‘Charlie’, Greyson?” sanggah Charlie menghadapkan tubuhnya ke
samping tepat ke arahku. Kubalas dengan tatapan yang tajam begitu juga Charlie.
“Sudahlah
sebaiknya kalian jangan bertengkar terus. Kalian adalah saudara. Kalian sudah
remaja dan seharusnya bisa beradaptasi dengan mudah. Soal panggilan, it’s okay.
Tak usah dipikirkan. Semua ada waktunya.” Dad berusaha untukmeleraiku dan
Charlie.
“hhhhhh
sudahlah aku ingin tidur saja!!” aku langsung bergegas ke lantai atas untuk
tidur. Dan sialnya aku satu kamar dengan Charlie. Walaupun rumah ini besar,
tetapi rumah ini hanya mempunyai 2 kamar, 1 gudang besar, dan sisanya ruang
terbuka lainnya.
****************
Charlie’s P.O.V
Sulit sekali
aku untuk tidur dengan nyenyak. Kulihat Greyson, dia sudah tertidur pulas dengan
mulut yang ternganga. Ew. Aku mendesah pelan dan berganti posisi tidur sampai
menemukan posisi yang nyaman. Tapi itu sulit sekali. Wait.. Aku seperti
mendengar suara dentingan piano yang berada di ruang tengah lantai bawah. Tapi
siapa yang memainkannya? Ini sudah pukul 1 pagi kurang. Kuturunkan kakiku dan
memakai sandal tidurku menuju keluar. Kunyalakan lampu lorong yang agak redup
ini. kuberanikan diri menuju sumber suara piano itu. Dengan langkah yang pelan,
aku tiba di kayu pembatas lantai atas. Kucoba untuk melihat ke bawah tapi suara
piano itu tiba-tiba saja berhenti. Aneh.. Ah atau mungkin ini hanya
halusinasiku karena tak bisa tidur. Mungkin..
Aku berjalan
menuju kamar, suara piano itu berdenting lagi. Aku sungguh penasaran, aku pun
turun ke bawah dan suara piano itu masih berbunyi. Aku melihat seorang gadis
berambut cokelat sepunggung dan bergelombang sedang memainkan piano itu dengan
alunan yang sendu. Siapa gadis itu? Aku tak pernah melihatnya sebelumnya.
Kucoba mendekati gadis itu dan boom!
“hentikan
langkahmu. Follow me.. follow me.. until i say stop.” Ucap gadis yang mengenakan gaun panjang tanpa lengan
itu. Aku pun mengikutinya. Gadis itu menunduk dan berjalan menuju pintu keluar.
Kuikuti langkahnya tanpa berpikir panjang. Entah apa yang membuatku seperti
ini. Aku seperti terhipnotis. Ia membuka
pintu besar itu dengan pelan sehingga menimbulkan suara seperti pintu tua yang
sudah reot. Kuikuti langkahnya terus.
Kuikuti alunan suaranya.
*GREYSON’S P O
V
Mamalam yang
sangat dingin ini membuat perjalanan mimpiku berakhir. Aku membuka mataku dan
mengulet untuk membuat tubuhku nyaman. Kulihat jam weker di atas meja kecil
yang menunjukkan pukul 1.03 AM. Astaga, pantas saja dingin sekali, jendelanya
terbuka sehingga angin bisa masuk ke kamarku dan kamar... Charlie? Huh..
Saat aku
menutup jendela, aku melihat seorang lelaki sedang berjalan di luar rumah tanpa
menggunakan mantel atau bahkan alas kaki yang benar. Sepertinya aku mengenal
piyama itu. Lho? Bukankah itu Charlie? Dan bukankah dia sudah tidur? Aku
langsung menuju tempat tidurnya yang tertutup oleh selimut hijaunya itu.
Charlie?
Where the heck are you?
Kemudian, aku
pun kembali ke jendela dan melihat lelaki itu sudah menghilang.
Astaga, kemana Charlie?
Ah sudahlah biarkan saja
Dia itu kan menyebalkan.
Untuk apa aku
memikirkannya?
Tapi, walaupun begitu
Dia adalah kakak tiriku!
Oh my God, Charlie!!
Wow sedang apa dia dini hari begini? Dan apa
yang membuatnya keluar rumah tanpa menggunakan pakaian hangat. Ada-ada saja dia
ini. Kubuka lemari kayu mahoni berwarna cokelat yang besar itu. Aku sedang
mencari mantel milik Charlie. Oh sungguh baiknya aku ini.. got it! Akhirnya aku menemukan mantel milik Charlie. Mungkin
sekarang aku harus segera menyusulnya. Saat aku akan menutup lemari, aku
dikejutkan oleh seorang gadis cantik. Matanya biru, berambut panjang
bergelombang dengan warna blonde. Oh, she’s perfect!
“Follow me..
Until i say stop.. Come on.. Hurry up.. Follow me..” ucap gadis itu seraya
membalikkan tubuhnya.
“what?” tanyaku
meraih pergelangan tangannya untuk berhenti, tetapi.. Tembus? Astaga! Gadis ini
hantu? Aku ingin berteriak tapi tenggorokanku seperti tercekat sesuatu! Aku
menggenggam leherku dan berusaha teriak untuk meminta bantuan Dad atau Mom tapi
sulit sekali! Kakiku melangkah dengan sendirinya mengikuti gadis itu, maksudku
hantu gadis cantik itu. Tak lupa aku membawa mantel Charlie. Sialnya, aku lupa
membawa mantelku.
Hantu itu
membawaku keluar rumah dan terus berjalan di atas jalanan yang ditutupi oleh
tebalnya salju ini.
“Ple..a..se..?
who a..re.. yooo..u? Ah..” aku berusaha keras untuk mengatakan sesuatu tapi tak
ada jawaban darinya. Ia terus berkata ‘Folloe
Me! Follow Me!’ aku sungguh tak mengerti. Apakah dia adalah hantu di rumah
baruku? Tapi, apa mungkin?
Aku tiba di
halaman sebuah tempat di Paris yang orang-orang impikan. Ya.. Eiffel Tower! Oh please, mengapa hantu
ini membawaku kemari? Aku terus melangkahkan kakiku dan bertahan menghadapi
dinginnya Paris saat ini.
“Oh come on,
what should i do here? Answer me, PLEASE!” uh.. suaraku kembali normal,
akhirnya..
“Aku hanya
ingin meminta bantuanmu, kumohon.. Setelah 74 tahun aku menunggu penghuni baru
di rumahku yang saat ini kau tinggal. Akhirnya kau dan keluargamu datang juga.”
Kata hantu itu yang saat ini berwujud seorang gadis biasa. Gadis dengan gaun
klasik dari masa lampau.
“Tapi.. mengapa
harus aku? Huh? Kenapa tidak ayahku atau kakak tiriku atau whoever!” aku
mendesah pelan mengatur nafasku yang tersengal.
“Don’t worry,
your step-brother is right there” Ia
menunjuk ke atas menara eiffel.
“Oh my God,
Charlie! Go down!” aku berteriak di tempat yang masih sepi ini sehingga
menimbulkan gema. Aku baru menyadari bahwa aku melihat Charlie berjalan
sendirian sebelumnya. Oh ternyata karena hantu ini.
“Please, jangan
bunuh kakak tiriku, kumohon! Akan kulakukan apa saja untukmu asal jangan kakak
tiriku. Aku sudah mulai menyayanginya semenjak.. kau melakukan ini padanya” aku
memohon pada hantu itu hingga berlutut. Dorongan apa ini , hingga aku mau
berlutut untuk Charlie? Ah aku tak peduli.
“Baiklah,
kakakmu itu kujadikan jaminan agar kau mau menolongku. Aku ingin pergi tenang,
itu saja.. “ jawabnya
“Baiklah ikuti
aku..” lanjut hantu itu memanduku berjalan menuju tempat tujuannya.
Kami berjalan
menuju sebuah gudang tua dekat menara. Aku berjalan dengan penuh harapan agar
aku dan Charlie baik-baik saja.
“Masuklah ke gudang
itu, dan gali lantainya. Tepatnya pada lantai dekat tumpukkan kardus paling
besar. Kau akan menemukan tulang belulang di dalamnya. Tulang belulang itu
adalah milikku. Aku mau, kau menguburkannya dengan layak. Di pemakaman dekat
sini. Jika kau berhasil melakukannya sebelum terbit matahari, kau dan kakak
tirimu itu akan selamat. Kau mempunyai sisa waktu 4,5 jam lagi. Cepatlah..”
jelas hantu itu lalu pergi meninggalkanku begitu saja
“Tapi?
Bagaimana bisa aku menggali lantai tanpa alat-alat khusus? Dan aku harus ke
pemakaman? Sendirian? Ah damn!” aku berdecak kesal. Aku berpikir bahwa ini
semua adalah demi keselamatan Charlie begitu juga aku.
Aku mencari
akal bagaimana bisa aku menggali lantai? Hah? Ini gila.
Binggo! Aku menemukan sebuah kampak. Aku melihat Charlie sedang terduduk di menara
eiffel itu sambil berbincang-bincang dengan hantu itu. Apakah Charlie tidak
menyadari bahwa gadis yang sedang diajak bicaranya itu adalah hantu?
Baiklah aku tak
punya banyak waktu untuk ini. aku harus mencari tumpukan kardus paling besar.
Lampu gudang ini redup dan kelabu.
Setelah
kutemukan, aku menggeser kardus-kardus besar dan berat itu dengan sekuat
tenagaku. Hantu itu benar-benar menyusahkanku saja. Entahlah apa isi kardus itu
aku tak peduli. Aku mengambil nafas sejenak seraya berkacak pinggang kemudian
aku mengambil kampak yang kuletakkan di sisi kananku dan mulai menghancurkan
lantai yang ditunjukkan hantu tadi dengan susah payah. Lagi..
****************
“oh my.. aroma
yang mengganggu penciumanku itu menyeruak setelah aku menemukan sebuah kain
yang kuyakini adalah gaun yang dipakai hantu itu. Kuberanikan diri untuk
mengambil tulang belulang hantu itu dengan jijik.
Tanpa membuang waktu, aku pun keluar gudang dan membawa tulang belulang itu
menuju pemakaman yang tak jauh dari sini. Aku menoleh ke menara dan tampak
Charlie masih mengobrol dengan hantu itu. Shit enak sekali dia tidak melakukan
apa-apa.
Aku berlari
kecil menuju sebuah gerbang dan mulai memasuki pemakaman. Dan lagi.. aku harus
memberanikan diriku memasuki pemakaman ini.
Kugali lahan
tanah makam yang kosong dengan sekop
yang tak sengaja kutemukan di dekat pohon.
Baiklah..
Untuk keselamatanmu
Greyson.. and oh.. Charlie, too
And I know that the sun is going to..
R I S E !
‘come on
Greyson, sure you can, sure you can!!’
****************
Tepat saat aku
menancapkan sebuah ranting di atas makam hantu itu, matahari mulai terbit.
Perasaanku saat ini campur aduk. Senang. Tapi aku tidak nyaman. Sesuatu
mengganjal hatiku. Aku berlari kecil keluar pemakaman itu dengan asap yang
keluar dari mulutku. Kubulatkan mataku ketika aku tidak melihat Charlie di atas
menara yang baru 10 kaki dia naiki itu. Kemana dia? Jantungku berdebar kencang
dengan halusinasi yang tergoyah. Dan...
“CHARLIE! Are
you okay? Huh? Charlie! Wake up!” kataku berusaha menyadarkan Charlie. Kurasa
ia jatuh dari menara itu. Walaupun tidak terlalu tinggi, tapi itu bisa
mematahkan tulangnya. Dan aku melihat darah segar yang keluar dari hidung
Charlie. Aku semakin khawatir. Sedikit demi sedikit Charlie mulai membuka
matanya dan perlahan ia menunjukkan sesuatu padaku dengan jari telunjuknya.
“Apa?” tanyaku
mengangkat alis kananku.
“The Chloe
Girl.. she’s smiling at you. Look at your back” lirih Charlie
“thankyou,
Gregory..” ucap hantu itu dan pergi.
“aku yakin dia
sudah tenang disana.” Kata Charlie
“Gregory? Hah?
Dia pikir aku bocah tak beruntung di film Diary
of a Wimpy Kid?” kataku penasaran
“kau akan
mengetahui ceritanya, setelah aku pulih. Dia menceritakan semuanya kepadaku.
Ceritanya panjang. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Tenang saja. Dan oh..
aku tak apa-apa Grey. Kau tak perlu khawatir” jelas Charlie
“hmm” gumamku.
Aku melihat mom dan dad terkejut melihat keadaanku dan Charlie. Aku dengan
tangan dan piyama penuh tanah dan Charlie yang mimisan. Mom dan dad segera
membawaku dan Charlie ke rumah sakit.
************
3 days later..
"Charlie,
bisakah kau menceritakan apa yang diceritakan hantu Chloe itu padaku?"
tanyaku pada Charlie yang kulihat sedang membetulkan syal di lehernya itu.
"Baiklah.."
Charlie duduk di bangku yang ada di hadapanku dan menyilangkan kakinya.
"Jadi.....
inilah yang ditunjukkan hantu Chloe itu padaku.."
September 24
1939
‘Yeah when my world
Is falling apart
When there’s no
Light to break up the dark
That’s when I
I, I look at you
You love me for who I am
Like the stars hold the moon..
You appear just like
A dream to me
Just like kaleidoscope
Colours that cover me
All I need, every breath that I breathe
Don’t you know
You’re beautiful
I Love you, Chloe. Meet me outside?
-Greg’
Surat yang
kudapatkan hari ini sungguh mengesankan. Greg mengajakku berjalan-jalan
dengannya? Oh why not?
************
“so, kita akan
kemana?” tanyaku menggenggam tangan Greg.
“Eiffel for
sure.” Jawab Greg dengan senyuman yang tersungging di wajahnya.
“the most
romantic place ever!”
“ayo kita naik
ke menara itu. Kau mau, Chloe? Tenang saja, tidak akan jatuh.. Kita hanya duduk
di atas sanamemandangi pemandangan musim semi di bawah. Come on” ajak Greg
menarik tanganku. Kuikuti langkah Greg. Aku dan Greg mulai memanjat tower itu
hingga hampir puncaknya.
“Greg, aku
takut ketinggian. Lindungi aku..” kataku memeluk tubuh Greg
“Don’t worry,
Chloe. As long as I love you, i will always protect you.” Greg membalas
pelukanku
Cukup lama aku
dan Greg duduk di atas menara ini hingga pengunjung pulang dan tempat ini
menjadi sepi.
“Greg, ayo kita
turun. Sudah tidak ada orang di bawah sana” ajakku pada Greg untuk segera
turun. Greg mengiyakan permintaanku dan kami pun turun. Namun, di tengah
menara, aku lemas dan hampir terjatuh.
“Greg!!!!!!”
aku ketakutan setengah mati karena jika aku jatuh, aku bisa mati. Angin
berhembus begitu kencang menyebabkan tubuhku yang ringan menggantung di tangan
Greg melayang kesana kemari.
“Chloe! Hold
on!!!!” Greg mencengkram tanganku kuat-kuat. Tapi takdir berkata lain, aku
jatuh ke tanah dengan keras dan membuatku tak sadarkan diri.
*GREG’S P O V
“Chloe!! Oh my
God!” aku segera turun menghampiri Chloe yang tak sadarkan diri itu. Aku
berusaha menyadarkan Chloe tapi ia tak sadar juga. Kuberi dia nafas buatan,
tapi aku bisa merasakan dia menghembuskan nafas terakhirnya. This is too horrible. Aku panik. Jika keluarga Chloe
mengetahuinya, bisa-bisa mereka menyincangku hidup-hidup! Terpaksa aku harus
menguburkannya di sebuah bangunan yang sedang dibangun itu. Setelah selesai,
aku pun memanjat eiffel lagi dan menjatuhkan diriku tepat dimana Chloe jatuh
untuk menghilangkan jejak..
"Hanya itu
yang kuingat saat Chloe menunjukkannya padaku. Yang kutahu, Greg sangat mirip
denganmu. Hanya saja mata Greg itu berwarna hijau dan rambutnya sedikit
blonde." Charlie memejamkan matanya saat menceritakan itu untuk berusaha
mengingat.
"mengerikan
sekali.. bangunan yang dimaksud Greg itu adalah gudang tua di sebelah utara
menara itu. Aku tahu, Chloe juga yang menunjukkannya padaku. Lalu mengapa kau
bisa terjatuh?" kukerutkan dahiku sejenak
"Aku
terpeleset, bodoh. Saat aku akan turun, salju di menara ada yang mengkristal
dan sangat licin" kata Charlie seraya menurunkan kakinya dari posisi
silang
"Oh,
bukankah Chloe yang melakukannya? Karena dia mengancamku kalau aku tidak
menuruti permintaannya sampai terbit matahari, dia akan mencelakai kau dan juga
aku" aku mendesah pelan mengingat perjanjianku dan Chloe
"Tidak..
Dia tak melakukan apa-apa padaku. Kau melakukan yang terbaik, Grey.. Tindakanmu
sangat tepat waktu, jadi Chloe menepati janjinya untuk tidak menyakiti kita.
Ohya ini.. Aku menemukannya di basement saat mom menyuruhku mengambil kardus
barang dari rumah lama" Charlie memberikan secarik kertas usang dengan bau
yang khas padaku.
'The Lost Girl.
Whoever find this Girl, we will give you $12000.
Name:
Chloe Grace Moretz
Age:
18
Height:
165 cm
Hair
color: Wavy Light Brown Hair
+Bring her to
our home at Eiffel Tower Costabill Street 5'
Itulah isi
kertas yang ditemukan Charlie. Sepertinya kertas ini adalah kertas yang
digunakan untuk mencari Chloe. Aku mengangguk pelan.
Setelah
kejadian ini, kurasa keluargaku harus pindah rumah lagi ke rumah yang lama.
Entahlah yang pasti Dad tak akan mau menuruti kemauanku yang satu ini karena,
yah.. Pekerjaan lah yang membuat kami berada di rumah ini. Aku tak tahu apa
yang membuat Dad memilih rumah tua ini. Jika saja ia memilih rumah lain yang
lebih baik, aku dan juga Charlie tidak akan merasakan pengalaman menyeramkan
yang bisa merusak mentalitasmu. Sepertinya, Aku trauma dengan rumah baru..
-The end-
Langganan:
Postingan (Atom)